Ingin naik gunung tapi belum pernah sama sekali melakukannya? Atau ingin mengenalkan anak pada gunung? Traveling ke Gunung Papandayan yang ada di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, bisa jadi pilihan, Moms. Gunung Papandayan cocok untuk pendaki pemula karena jalurnya didominasi medan yang landai, banyak warung yang menjual makan dan minum, dan juga banyak sumber air alami yang mudah ditemui.

Faktor medan yang landai juga jadi alasan Nur Aisyah traveling ke Gunung Papandayan. Tidak hanya sendiri, ia juga membawa buah hatinya, Ameera. “Awalnya kami ingin pulang kampung ke Tangerang. Namun, suami merencanakan untuk sekalian berlibur naik gunun, tapi yang landai saja dulu, yaitu Gunung Papandayan. Karena selama kami tinggal di Kalimantan Selatan, biasanya bertenda di tepi danau/camping ground saja. Kami ingin sekali mencoba membawa anak memperkenalkan suasana & udara yang sangat berbeda dari biasanya,” kata perempuan yang akrab disapa Acha kepada tim Zakkel.

Berawal dari hobi

Bagi Acha dan pasangannya, hiking ke gunung bukanlah hal yang pertama. “Sebelum kami bertemu, memang kami sudah sering untuk mendaki gunung, seperti Mahameru dan Ciremai. Suami saya beberapa kali untuk naik ke Papandayan,” katanya.

Hobi itu berusaha dikenalkan kepada anaknya. Di usia dini, Ameera sudah belajar melebur dengan alam dan merasa senang saat berada di tengah-tengah alam. “Ia sangat bahagia ketika melihat tanah lapang yang sangat luas dan rumput yang hijau. Saat kami tiba, ada kucing dan anjing yang menyapa kami. Ini semakin membuat anak saya ingin cepat-cepat turun dari gendongannya dan lari sambil tertawa mengejar kucing–hewan yang paling ia senangi. Saya cukup kaget ketika ia membuka kaos kaki dan sepatu, kemudian lari dengan bertelanjang kaki saat di gunung. Namun, selama anak enjoy, enggak akan saya larang,” tutur Acha. 

Persiapan bawa toddler ke Gunung Papandayan

Membawa anak naik gunung tentu diperlukan persiapan khusus dibandingkan hanya jalan-jalan berdua. Acha mengaku hal yang pertama yang ia siapkan adalah keadaan fisik yang harus sehat, terutama Ameera yang baru berusia 16 bulan. “Apalagi, bagi anak kami cuaca dingin seperti di gunung baru dirasakannya untuk pertama kali,” kata Acha. Ia juga mempersiapkan makanan anak, camilan untuk di jalan saat mendaki, obat-obatan/P3K, jaket, sarung tangan, serta perlengkapan anak lainnya yang harus lengkap.

Acha juga membawa gendongan bayi Zakkel untuk dipakai saat perjalanan. Ia mengaku gendongan ini memudahkan liburan ke gunungnya. Acha bercerita, “[Saya] Menggunakan gendongan Zakkel karena selama saya menggendong anak, pundak, pinggang, dan bagian perut saya tidak terasa sakit. Berbeda seperti gendongan yang saya punya sebelumnya yang bikin beban terasa berat dan perekat sering kali longgar. Jadi, gendongan SSC Zakkel membuat saya nyaman bergerak saat naik/turun gunung. Begitu pula saat saya mengerjakan pekerjaan rumah.”

Kecintaannya pada gendongan bayi Zakkel bermula setelah ia telah mencoba gendongan-gendongan sebelumnya tetapi tidak terasa nyaman. Akhirnya, Acha menemukan gendongan MEM (Moms Empower Moms) yang merupakan kolaborasi dua brand gendongan bayi lokal, yaitu Zakkel Baby dan Mikhadou. “Saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama, tetapi warna yang saya suka sudah sold. Jadi saya beralih ke akun resmi Zakkel dan ketemu dengan apa yang saya mau. Tanpa pikir panjang saya langsung pesan karena takut kehabisan lagi,” Acha menjelaskan. Dan ketika gendongannya datang, Acha merasa pilihannya sudah tepat. Ia menambahkan, “Ukuran dan berat gendongannya tidak membuat saya pusing saat packing.”

Untuk para orang tua baru yang ingin mengajak anaknya traveling, Acha memaparkan beberapa tips. Pertama, gunakan gendongan bayi yang nyaman. “Pastikan untuk memilih gendongan yg nyaman di pundak, pinggang, dan perut seperti Zakkel yang sangat ringan saat dipakai,” katanya. Kedua, selalu bertanya pada anak untuk mengetahui perasaan dan kebutuhannya. “Walaupun belum bisa bicara, saya selalu menanyakan bagaimana perasaan nya, apakah lapar atau ingin minum, apakah happy atau pingin turun dari gendongan. Anak pasti akan mengisyaratkan apa yang dia ingin utarakan. Jadi, orang tua tahu apa yang harus kita lakukan,” tutup Acha.