Memiliki anak bukan berarti orang tua jadi berhenti menjalani hobi. Dini Hajarrahmah, mengakui sering menjalani hobi liburan outdoor bersama suami dari sebelum mereka menikah. Ketika mereka sudah memiliki anak yang bernama Kal, hobi beraktivitas di luar ruangan ini tetap dijalankan. “Enggak jauh beda, yang dicari tetap tempat-tempat outdoor. Apalagi semenjak pandemi, liburan outdoor rasanya menjadi pilihan yang lebih aman dan nyaman,” kata Dini yang gemar makan ramen, udon, dan sushi ini.
Mengajak anak sedari kecil
Dini bercerita bahwa ia telah mulai mengajak Kal liburan outdoor semenjak usianya baru beranjak 1 bulan. “Orang tuaku berasal dari Kudus. Sebelum pulang ke Bandung, kami membawa Kal ke Gunung Muria di Colo, Kudus. Setelah itu kami ajak Kal untuk road trip pertama untuk balik ke Bandung dari Kudus,” kenang perempuan yang bekerja sebagai social entrepreneur @idwanderlust @barokahcoffeeshelter dan part-time lecturer di Sekolah Bisnis & Manajemen, Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB).
Saat usia Kal menginjak 1 tahun, Dini dan keluarga melakukan road trip ke Bukittinggi untuk pulang kampung dan tinggal selama 3 bulan di sana. Mereka juga menyempatkan untuk road trip dulu hingga ke Sabang, Aceh, dan melewati beberapa tempat di Sumatra.
Perjalanan ke Sabang dan Aceh inilah yang menjadi pengalaman mengesankan bagi Dini dan keluarga. “Kal suka banget di Sabang sampai enggak mau pulang! Kami kebetulan stay di tempat berdekatan yang dengan pantai. Ini berkesan banget untuk Kal ini adalah salah satu pantai pertamanya,” cerita Dini. Di Aceh, mereka mendatangi beberapa tempat-tempat kopi milik partner dari coffee roastery milik Dini dan suami di Bandung. “Lokasinya indah sekali, yaitu ada di Takengon dan Bener Meriah. Ini pertama kalinya juga bagi Kal eksplorasi kebun-kebun kopi dan tempat prosesor kopi di Aceh. Tidak hanya melihat saja, tetapi juga ikut belajar langsung tentang kopi dan ikut petik kopi. Ini berkesan sekali untuk Kal,” Dini menuturkan.
Kal, yang kini berusia 25 bulan, sangat menikmati aktivitas outdoor. “Sejak kecil sudah terlihat. Ia selalu anteng ketika dibawa ke outdoor. Malah beberapa kali ketiduran di hammock,” kata Dini. Aktivitas outdoor juga bisa memenuhi kebutuhan gerak yang dimiliki Kal. Dini menambahkan, “Kal termasuk anak yang aktif dan punya kebutuhan untuk banyak bergerak di ruang terbuka. Jadi, saat tahu kalau dia suka banget dengan aktivitas outdoor, kami jadi sering ajak dia ke tempat-tempat outdoor dan alam.”
Terbaru, mereka baru road trip dari Bandung ke Pangandaran, lalu mampir ke Batu Karas. Mereka juga mengangkut sepeda di mobil dari Bandung. “Liburan tambah seru! Ke mana-mana jadinya naik sepeda, eksplor tempat-tempat di Pangandaran dan Batu Karas,” ungkap Dini.
Persiapan liburan outdoor bersama anak
Dini mengakui bahwa mulanya persiapan liburan outdoor jauh lebih repot dibanding saat ia jalan-jalan sendiri. Namun, kini persiapannya lebih sederhana karena sudah lebih tahu apa saja yang akan dipakai dan tidak di jalan.
Banyak hal yang dipertimbangkan untuk liburan outdoor bersama anak. Pertama, dimulai dari pemilihan lokasi. Di masa pandemi seperti sekarang, penting untuk melakukan survei lokasi yang akan didatangi, tempat tinggalnya seperti apa, kids-friendly atau tidak, mematuhi protokol Covid-19 atau tidak. Kedua, setelah menemukan tempatnya, siapkan apa saja yang akan dibawa pada H-1. “Biasanya yang selalu dibawa itu adalah buku dan mainan-mainan favorit Kal. Camilan juga penting sekali, apalagi kalau perjalanan panjang untuk bisa menjaga dia anteng di car seat. Selain itu, perlengkapan baju, dan gendongan bayi Zakkel! Kalau sampai Zakkel ketinggalan, ini biasanya PR banget nantinya, hehe,” Dini menerangkan.
Melakukan aktivitas outdoor bersama anak, terutama saat menghadapi medan berbatu dan sempit, lebih mudah dilakukan jika menggunakan gendongan bayi. Dini berkata, “Kami kurang suka bawa stroller. Apalagi kami ‘kan lebih sering aktivitasnya outdoor. Kalau pakai stroller agak ribet karena ada trek yang tidak bisa dilalui stroller.”
Akhirnya Dini memutuskan untuk membeli gendongan bayi. Setelah survei beberapa produk, Dini memilih gendongan bayi Zakkel. “Jujur, awalnya tertarik banget sama desainnya, haha! Namun banyak denger juga dari teman yang pakai Zakkel kalau bahannya berkualitas banget dan enak dipakai,” cerita Dini.
Saat pertama kali trekking menggunakan Zakkel, Dini mengakui langsung merasakan manfaat Zakkel. Ia berkata, “Enggak kebayang capeknya kalau kami harus gendong Kal sepanjang trekking, karena dia belum kuat untuk jalan full di jalur trekking-nya. Dengan adanya Zakkel, kami bisa gendong anak kami di depan maupun belakang dengan sambil beraktivitas outdoor. Jadi, enggak ada alasan untuk enggak bisa beraktivitas outdoor lagi semenjak ada anak.” Ia juga menambahkan Zakkel menjadikan beraktivitas dengan anak menjadi sangat lebih mudah dan mungkin, sehingga membuat mereka bertiga selalu punya quality time bersama dengan aktivitas outdoor.
Tak hanya digunakan untuk aktivitas outdoor, Dini sering menggunakan Zakkel di rumah, seperti mengerjakan pekerjaan rumah atau saat Kal susah tidur.
Tantangan liburan dan strategi menghadapinya
Saat orang tua mengajak anak beraktivitas outdoor, pastinya ada tantangan tersendiri. Bagi Dini, tantangannya adalah membuat Kal terus merasa nyaman dan menikmati perjalanan. Perempuan berusia 31 tahun ini berkata, “Dulu sebelum road trip panjang ke Bukittinggi dan Sumatra, kami training anak kami dulu untuk duduk di car seat. Ini bukan hal mudah. Namun, setelah sekitar 2-3 bulan dilatih dan diberi pengertian, akhirnya dia mengerti kalau di mobil ya tempat duduknya di car seat. Alhamdulillah selama di perjalanan dia cukup kooperatif asalkan diberi fasilitas dan kebutuhannya terpenuhi seperti makan, BAB, atau tidur.” Kini, Kal semakin bisa menikmati perjalanan. Kedua orang tuanya pun sering mengajak ngobrol selama di perjalanan.
Tantangan berikutnya adalah ketika Kal lelah saat sedang liburan dan cranky seharian. Hal yang dilakukan oleh orang tuanya adalah observasi dan bertanya kebutuhan apa yang belum terpenuhi, apa yang Kal ingin lakukan, dan mencoba memberikan ruang gerak yang banyak karena bisa jadi disebabkan terlalu lama duduk di mobil atau di perjalanan.
Mengapresiasi alam
Semenjak memiliki anak, Dini mengakui bahwa liburannya jadi lebih menarik. Mereka jadi banyak mengeksplorasi hal-hal yang mungkin tidak akan dilakukan jika liburan tanpa anak. Mereka juga jadi lebih mengapresiasi alam atau tempat yang didatangi, karena melihat betapa senang atau takjubnya Kal saat berada di tempat tersebut.
Hal penting lainnya adalah Kal bisa mengajak orang tuanya untuk “being in the present moment”, fokus main di tempat tersebut tanpa memikirkan hal-hal lain. Dini dan suaminya mengaku jadi ikut menikmati momen tersebut dan seru-seruan bersama Kal.
Dini juga percaya bahwa alam adalah guru yang terbaik bagi Kal untuk mengenal dan mencintai alam semenjak kecil. Ia juga berharap hal ini bisa terbawa hingga Kal besar untuk terus mencintai dan merawat alam seisinya.
Aktivitas outdoor memiliki banyak manfaat untuk anak dan orang tua. Dini mengajak untuk Zakkel Parents lainnya untuk melakukan aktivitas luar ruangan ini. Ia menyarankan, “Mungkin bisa dimulai dari small steps. Enggak perlu yang aktivitas outdoor berat, bahkan jalan kaki keliling komplek atau taman saja sudah aktivitas outdoor lho!”
Dini memaparkan bahwa anak itu pasti secara alamiah akan senang berada di alam/outdoor, salah satunya karena anak memiliki kebutuhan gerak. “Inilah tugas kita bisa membuat alam menjadi tempat yang aman, nyaman, dan menarik untuk anak mengeksplorasi sekitarnya,” tutup perempuan yang memiliki hobi traveling, biking, hiking, coffee brewing ini.