Faktor medan yang landai juga jadi alasan Nur Aisyah traveling ke Gunung Papandayan. Tidak hanya sendiri, ia juga membawa buah hatinya, Ameera. “Awalnya kami ingin pulang kampung ke Tangerang. Namun, suami merencanakan untuk sekalian berlibur naik gunun, tapi yang landai saja dulu, yaitu Gunung Papandayan. Karena selama kami tinggal di Kalimantan Selatan, biasanya bertenda di tepi danau/camping ground saja. Kami ingin sekali mencoba membawa anak memperkenalkan suasana & udara yang sangat berbeda dari biasanya,” kata perempuan yang akrab disapa Acha kepada tim Zakkel.
Bagi Acha dan pasangannya, hiking ke gunung bukanlah hal yang pertama. “Sebelum kami bertemu, memang kami sudah sering untuk mendaki gunung, seperti Mahameru dan Ciremai. Suami saya beberapa kali untuk naik ke Papandayan,” katanya.
Hobi itu berusaha dikenalkan kepada anaknya. Di usia dini, Ameera sudah belajar melebur dengan alam dan merasa senang saat berada di tengah-tengah alam. “Ia sangat bahagia ketika melihat tanah lapang yang sangat luas dan rumput yang hijau. Saat kami tiba, ada kucing dan anjing yang menyapa kami. Ini semakin membuat anak saya ingin cepat-cepat turun dari gendongannya dan lari sambil tertawa mengejar kucing–hewan yang paling ia senangi. Saya cukup kaget ketika ia membuka kaos kaki dan sepatu, kemudian lari dengan bertelanjang kaki saat di gunung. Namun, selama anak enjoy, enggak akan saya larang,” tutur Acha.
Membawa anak naik gunung tentu diperlukan persiapan khusus dibandingkan hanya jalan-jalan berdua. Acha mengaku hal yang pertama yang ia siapkan adalah keadaan fisik yang harus sehat, terutama Ameera yang baru berusia 16 bulan. “Apalagi, bagi anak kami cuaca dingin seperti di gunung baru dirasakannya untuk pertama kali,” kata Acha. Ia juga mempersiapkan makanan anak, camilan untuk di jalan saat mendaki, obat-obatan/P3K, jaket, sarung tangan, serta perlengkapan anak lainnya yang harus lengkap.
Acha juga membawa gendongan bayi Zakkel untuk dipakai saat perjalanan. Ia mengaku gendongan ini memudahkan liburan ke gunungnya. Acha bercerita, “[Saya] Menggunakan gendongan Zakkel karena selama saya menggendong anak, pundak, pinggang, dan bagian perut saya tidak terasa sakit. Berbeda seperti gendongan yang saya punya sebelumnya yang bikin beban terasa berat dan perekat sering kali longgar. Jadi, gendongan SSC Zakkel membuat saya nyaman bergerak saat naik/turun gunung. Begitu pula saat saya mengerjakan pekerjaan rumah.”
Kecintaannya pada gendongan bayi Zakkel bermula setelah ia telah mencoba gendongan-gendongan sebelumnya tetapi tidak terasa nyaman. Akhirnya, Acha menemukan gendongan MEM (Moms Empower Moms) yang merupakan kolaborasi dua brand gendongan bayi lokal, yaitu Zakkel Baby dan Mikhadou. “Saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama, tetapi warna yang saya suka sudah sold. Jadi saya beralih ke akun resmi Zakkel dan ketemu dengan apa yang saya mau. Tanpa pikir panjang saya langsung pesan karena takut kehabisan lagi,” Acha menjelaskan. Dan ketika gendongannya datang, Acha merasa pilihannya sudah tepat. Ia menambahkan, “Ukuran dan berat gendongannya tidak membuat saya pusing saat packing.”
Untuk para orang tua baru yang ingin mengajak anaknya traveling, Acha memaparkan beberapa tips. Pertama, gunakan gendongan bayi yang nyaman. “Pastikan untuk memilih gendongan yg nyaman di pundak, pinggang, dan perut seperti Zakkel yang sangat ringan saat dipakai,” katanya. Kedua, selalu bertanya pada anak untuk mengetahui perasaan dan kebutuhannya. “Walaupun belum bisa bicara, saya selalu menanyakan bagaimana perasaan nya, apakah lapar atau ingin minum, apakah happy atau pingin turun dari gendongan. Anak pasti akan mengisyaratkan apa yang dia ingin utarakan. Jadi, orang tua tahu apa yang harus kita lakukan,” tutup Acha.
]]>Lalu, bagaimana reaksi Rana selama perjalanan? Bagaimana gendongan bayi bisa membantu Octa dan keluarganya untuk mencapai berbagai tempat di Karimunjawa? Simak hasil wawancara Zakkel Baby dengan Octa di bawah ini ya!
Memutuskan untuk mengajak si Kecil ke Karimunjawa bukanlah hal yang baru saja saya inginkan. Saya dan suami sudah berencana sejak lama, bahkan sejak Rana masih berusia 1 tahun. Namun, rencana itu tertunda karena dunia sedang tidak baik-baik saja akibat pandemi Covid-19.
Satu minggu sebelum keberangkatan kami ke Karimunjawa, tiba-tiba saja sahabat kami yang tinggal di sana mengabarkan akan menikah di 23 Juli 2022. Bahagia sih, tapi kami pusing juga mikir mau datang atau tidak. Soalnya, Rana masih belum genap 2 tahun dan belum pernah melakukan perjalanan jauh, apalagi lintas pulau. Tapi, karena rasa bahagia yang tinggi, kami memutuskan untuk berangkat “piknik” berkedok “kondangan” ke Karimunjawa.
Selain itu, saya dan suami ingin sekali merayakan ulang tahun Rana di Karimunjawa. Karena ada kondangan ini, kami jadi mantap untuk berangkat sekaligus merayakan ulang tahun ke-2 Rana di sana. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui deh. Hehehe.
Medan yang jauh dan menghabiskan waktu hampir 15 jam di jalan menjadi tantangan pertama kami. Kami berangkat di Kamis, 21 Juli 2022. Selesai packing pukul 22.00, kami berangkat menuju travel pool naik ojek online. Kemudian travel berangkat pukul 23.00 dan sampai pelabuhan tepat pukul 06.00 pagi di hari Jumat.
Tujuh jam lamanya, kami duduk di 2 seat travel standar, tanpa ada tambahan seat untuk Rana. Lalu Rana bagaimana? Ia dipangku, digendong, dibopong, didudukkan di antara kami. Pokoknya bermacam-macam atraksi kami lakukan agar Rana nyaman.
Tak hanya itu, demi sampai ke pelabuhan pukul 07.00, sopir travel melibas medan yang rusak berat di area Semarang-Jepara dengan kecepatan kira-kira 80 km/jam. Sudah kayak naik Bouroq terbang, bestie! Hahaha. Saya dan suami tidak bisa tidur karena perjalanannya kayak naik roller coaster. Untungnya, Rana bisa tidur nyenyak di dalam gendongan.
Alhamdulillah, perjalanan ronde pertama selesai. Sebelum lanjut ke perjalanan ronde dua, kami istirahat dulu. Sambil menunggu kapal berangkat pukul 09.00, Rana tertidur lagi di dalam gendongan. Untung pakai gendongan SSC, semua jadi mudah, aman dan nyaman.
Kami naik kapal cepat Express Bahari dengan waktu tempuh 2-3 jam. Kami semua tertidur dalam perjalanan. Hingga akhirnya, di pukul 12.00, kapal sampai dermaga Pelabuhan Karimunjawa. Alhamdulillah, akhirnya sampai juga!
Saat di travel, badan lumayan encok gendong bayi 9,5 kilo selama 7 jam dan terbatas pula ruang geraknya. Sedangkan saat di kapal, kamar mandinya tidak nyaman untuk bayi. Mungkin kalau ke sana lagi, kami akan pilih kelas VIP.
Kami juga bawa barang yang lengkap, mulai dari pakaian, makanan, hingga mainan dan buku bacaan. Semuanya dimasukkan ke tas gunung kapasitas 45 lt dan 70 lt. Lumayan penuh dan lengkap, ya? Hehehe. Soalnya kami tidak tahu apakah Rana akan cocok atau tidak dengan makanan yang ada di sana. Kami juga khawatir tidak ada camilan kesukaan dia.
Dan, yang paling penting, bawa gendongan SSC Zakkel yang paling juara. Apalagi Rana itu masih minum ASI, jadi saya bisa menyusui di travel dan di kapal tanpa khawatir dilihat banyak orang. Alhamdulillah banget, Zakkel menyelamatkan kondangan yang jauh kali ini.
Mungkin memang benar, buah yang jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Rana senang sekali, berkali-kali dia bilang, “Yeyy, ke Karimunjawa. Yeyy, ke Karimunjawa”. Walaupun dia sendiri belum tahu apa dan di mana itu Karimunjawa. Hahaha. Dia tipe anak yang selalu excited kalau diajak pergi keluar rumah, maklum lah anak pandemi.
Memang sebagian besar ia habiskan untuk tidur selama perjalanan. Namun, saat terbangun selalu langsung ingin berdiri dan melihat sekeliling, seperti ingin menyampaikan, “aku di mana?”, “wah, bagus!”, “wah, asik!”. Ia selalu sumringah tanpa ada rasa takut maupun mabuk selama perjalanan. Apalagi ia didekap oleh Zakkel, dan sepertinya memang di situ letak kenyamanan saat perjalanan panjang yang cukup riweuh baginya.
Saat pertama kali beli gendongan SSC, kami langsung jatuh hati sama zakkel standard untuk Rana yang masih berusia 6 bulan. Lalu, di usia 10 bulan, kami beli motif Meadow yang warnanya saya inginkan. Selama perjalanan, gendongan SSC Zakkel memang sangat membantu sekali, memudahkan dan membuat nyaman si kecil. Beruntung sekali sih punya Zakkel, karena banyak aktivitas tak terduga yang bisa dilakukan tanpa harus mengganggu kenyamanan si kecil.
Di Karimunjawa, kami mengunjungi pernikahan sahabat saya di Pulau Kemujan yang harus ditempuh 1 jam perjalanan. Di Pulau Kemujan, kami menuju Bunga Jabe, rumah sahabat kami. Bunga Jabe memiliki pantai sekaligus penginapan dengan model rumah orang Bugis. Kami senang sekali! Betapa tidak, kamar tempat kami beristirahat tepat berada di bibir pantai yang indah, dikelilingi pohon kelapa yang menjulang dan model rumah orang Bugis yang selalu menjadi pusat perhatian turis asing. Belum sampai masuk ke dalam homestay, Rana langsung lari menuju bibir pantai dan menikmati setiap ombak kecil yang menyapu kakinya, sambil tertawa senang sekali.
Keesokannya, kami tour pulau naik kapal nelayan yang tidak terlalu besar yang cukup untuk 8-10 orang saja. Kami berangkat dari Pelabuhan Legon Bajak, yang letaknya tidak jauh dari Bunga Jabe dan menyebrang menuju Pulau Cilik. Waktu tempuh kurang lebih 1 jam dengan pemandangan laut lepas dan ombak yang agak bersahabat kali ini meski tetap terasa goyang-goyang yaa. Hehehe.
Di Pulau Cilik, kami berenang sampai matahari tenggelam. Awalnya, Rana masih agak takut karena air di sini agak tinggi. Lama-lama, dia mulai berani berenang saat lihat saya dan suami berenang. Malah, Rana berenang terus-terusan sampai tidak mau naik. Hehehe.
Kami stay di Bunga Jabe lebih lama lagi sampai akhir bulan untuk merayakan ulang tahun Rana. Kami juga ikut tour kapal layar Arka Kinari, milik Nova Ruth dan Grey Filastine, selama 4 hari. Acara tour ditutup dengan live perform music dan video mapping di atas kapal tentang krisis iklim dan pencemaran laut. Luar biasa pertunjukkan yang disuguhkan, Rana pun menikmatinya dengan bahagia.
Akhirnya, di 31 Juli 2022, kami merayakan ulang tahun Rana dengan sederhana, sekaligus mengenalkan ulang tahun sebagai konsep berbagi dengan sesama. Saya bikin kue sederhana dari roti tawar dan beberapa kukis serta olesan coki-coki. Syukuran jadi meriah karena dihadiri oleh anak-anak dari sahabat dan saudara kami di sana.
Hari-hari terakhir kami hanya dihabiskan untuk berenang dan menikmati Pantai Bunga Jabe. Kalau air sedang surut, kami sering berjalan ke tengah laut, menuju ke Pantai Gosongan. Muka Rana jadi ikutan gosong karena berenang hampir setiap hari, memancing, dan bermain bersama teman anak-anak di sana. Kalau ditanya mau pulang, Rana selalu jawab “belum”. Rasanya kami ingin pindah KK ke Bunga Jabe. Hahaha.
Sebelum pulang, kami menyempatkan ke Pantai Bobby yang ada di Karimunjawa. Kapal datang pukul 12.00 kami dan kami pulang ke rumah yang sebenarnya. Tiba di Jepara, kami main ke alun-alun ke Kota Jepara dan lanjut perjalanan menggunakan travel ke rumah. Lengkap sudah tamasya kali ini, sangat sangat bahagia sekali. Full senyum!
Selamat berlibur, teman-teman. Happy parents, happy kids!
Kegemarannya membawa Enver untuk jalan-jalan di alam terbuka (outdoor) bukanlah tanpa alasan. Mawlidya dan suami memang suka berkegiatan outdoor sejak dulu kala. Bahkan, mereka sudah bercita-cita untuk mengenalkan anak pada alam sejak mengetahui manfaatnya. “Kebanyakan orang beranggapan bahwa alam sangat mengerikan. Padahal, banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan oleh anak, seperti mendapatkan udara segar, meningkatkan imun, atau terapi relaksasi dengan mendengarkan suara dan aroma hutan,” ujar Mawlidya yang kesehariannya sibuk mengelola Siapjalan Store, sebuah toko perlengkapan outdoor.
Ia juga bercerita bahwa pengalaman menggendong saat trekking itu sangat berkesan, “Pengalaman saya menggendong Enver sambil trekking itu sangat bahagia, karena Enver terasa nyaman ketika digendong. Saya juga tidak merasa sakit sama sekali di bagian bahu dan pinggang ketika menggendongnya,” tutur Mawlidya yang memiliki hobi camping dan caving ini.
Di dalam gendongan, Enver bisa melihat alam yang ada di sekelilingnya. Mawlidya bercerita, “Bukannya tidur, tetapi Enver malah mengamati pohon-pohon di sepanjang perjalanan, lihat kanan kiri, dan selalu ngoceh seraya ingin berkata, ‘Mi, itu apa sih?’ Itu yang membuat saya dan suami menjadi semangat mengajak Enver untuk tadabbur alam, dengan mengenalkan prinsip tauhid yang meng-Esa-kan Allah Subhanahu wa Ta'ala.”
Selain membantu beraktivitas outdoor, Mawlidya juga mengaku gendongan sangat membantu saat mengerjakan pekerjaan rumah. “Anak kecil berumur 8 bulan itu super aktif. MasyaAllah. Saya pergi ke mana pasti mengekor. Kadang-kadang saya ke dapur sebentar, anak sudah di tangga saja,” ceritanya. Maka dari itu, Mawlidya menggunakan gendongan Zakkel agar anak bisa ikut mencuci atau jemur baju di lantai dua. “Pokoknya sat-set deh kerjannya, hehe,” kata Mawlidya sambil tertawa.
Menginap di dalam tenda ternyata tidak membuat Enver rewel. Malah, Enver terlihat sangat excited dan minim drama. Sebelum pulang, mereka juga sempat mengenalkan Enver main air sungai. “Dia sangat senang sekali!” ujar Mawlidya. “Bahkan tambah penasaran, semuanya ingin dilihat dan dipegang. Inilah kesempatan orang tua untuk kasih tau nama benda-benda. Tambah-tambah kota kata si Kecil bonus suasana yang segar,” tambahnya.
Mawlidya juga mengajak para orang tua hebat di luar sana untuk mengenalkan buah hati ke alam bebas. “Tidak harus ke hutan, kok. Bisa ke camping ground atau taman agar si Kecil bisa explore lebih leluasa. Ini berguna untuk merangsang rasa penasaran si Kecil. Ingat, orang tua harus selalu dengan pengawasan, ya!” tutup Mawlidya.Di acara saresehan alumni terakhir yang ia datangi, Tiara tak hanya datang bersama suami, tetapi juga membawa Gending, sang buah hati, untuk berkenalan dengan alam sekaligus adik-adik Mapala yang sedang pendidikan kala itu. Mereka bertiga dan anggota Mapala lainnya pergi ke Gunung Ungaran, Semarang, Jawa Tengah. “Waktu tempuh sekitar 3 jam, start-nya dari Mawar Umbul,” terang Tiara kepada tim Zakkel.
Membawa toddler dengan tinggi badan 98 cm dan berat 12.7kg untuk mendaki tentunya membutuhkan banyak persiapan. “Bawa toddler enggak se-simple itu, hehe,” ujarnya. Ia memaparkan bahwa perlengkapan perjalanan seperti gendongan, sepatu, tas, jas hujan, alat P3K, konsumsi saat trekking, dan peralatan untuk camping harus dipersiapkan. Selain itu, manajemen waktu juga harus diperhatikan karena kala itu sedang musim hujan, jalan pun harus cepat. Meski tidak sampai puncak gunung, Tiara dan keluarganya memutuskan untuk berkemah satu malam. “Gending suka sekali, karena tidur di tenda adalah kesukaannya,” Tiara melanjutkan.
Saat berada di outdoor, Tiara melihat Gending sangat gembira. “Ia happy banget karena dia paling suka melihat dan pegang langsung apa yang biasa hanya kami ceritakan,” katanya.
Meski Gending suka jalan kaki sendiri saat mendaki, tak lupa Tiara membawa gendongan bayi untuk menggendong Gending agar tidak kelelahan. Ia mengaku terkesan dengan membawa toddler memakai gendongan Zakkel sambil naik gunung, “Gendongannya sangat nyaman. Sebelumnya saya pakai yang standard dan pernah dipakai trekking saat Gending berusia sekitar 1 tahun. Karena sekarang gendongan Zakkel size Standard sudah tidak support dengan tinggi Gending, jadi saya pakai ke Zakkel Shift,” ujar Tiara yang memiliki hobi jalan-jalan ini.
Semenjak Gending berusia newborn, Tiara telah mencoba berbagai gendongan SSC lokal. Menurut ia dan sang suami, gendongan bayi Zakkel memiliki bahan dan webbing yang aman untuk menggendong anak sambil mendaki gunung. “Kebetulan dulu suami pernah kerja juga di salah satu outdoor equipment, dan dari Mapala juga saya belajar bahwa grade webbing yang paling baik yang minim campuran plastiknya,” terang Tiara. Faktor lain yang membuat ia jatuh cinta dengan Zakkel adalah motif gendongan yang eksklusif dan Gending merasa nyaman di dalam gendongan.
Tiara juga mengingatkan bahwa mengajak anak jalan-jalan ke alam itu sangat menyenangkan, karena di alam anak akan belajar banyak hal, merasakan dunia dari versi berbeda dari rutinitas yang ada. Namun, sebagai orang tua, kita juga harus tetap bijak mempersiapkan semuanya, kesiapan fisik, mental, dan perlengkapan yang harus safety. “Karena selain menyenangkan, di alam bebas juga ada risiko kecelakaan yang cukup besar,” ujar Tiara menegaskan. Ia juga berpesan agar tetap menjaga alam saat kita sedang berjalan-jalan.
Dini bercerita bahwa ia telah mulai mengajak Kal liburan outdoor semenjak usianya baru beranjak 1 bulan. “Orang tuaku berasal dari Kudus. Sebelum pulang ke Bandung, kami membawa Kal ke Gunung Muria di Colo, Kudus. Setelah itu kami ajak Kal untuk road trip pertama untuk balik ke Bandung dari Kudus,” kenang perempuan yang bekerja sebagai social entrepreneur @idwanderlust @barokahcoffeeshelter dan part-time lecturer di Sekolah Bisnis & Manajemen, Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB).
Saat usia Kal menginjak 1 tahun, Dini dan keluarga melakukan road trip ke Bukittinggi untuk pulang kampung dan tinggal selama 3 bulan di sana. Mereka juga menyempatkan untuk road trip dulu hingga ke Sabang, Aceh, dan melewati beberapa tempat di Sumatra.
Perjalanan ke Sabang dan Aceh inilah yang menjadi pengalaman mengesankan bagi Dini dan keluarga. “Kal suka banget di Sabang sampai enggak mau pulang! Kami kebetulan stay di tempat berdekatan yang dengan pantai. Ini berkesan banget untuk Kal ini adalah salah satu pantai pertamanya,” cerita Dini. Di Aceh, mereka mendatangi beberapa tempat-tempat kopi milik partner dari coffee roastery milik Dini dan suami di Bandung. “Lokasinya indah sekali, yaitu ada di Takengon dan Bener Meriah. Ini pertama kalinya juga bagi Kal eksplorasi kebun-kebun kopi dan tempat prosesor kopi di Aceh. Tidak hanya melihat saja, tetapi juga ikut belajar langsung tentang kopi dan ikut petik kopi. Ini berkesan sekali untuk Kal,” Dini menuturkan.
Kal, yang kini berusia 25 bulan, sangat menikmati aktivitas outdoor. “Sejak kecil sudah terlihat. Ia selalu anteng ketika dibawa ke outdoor. Malah beberapa kali ketiduran di hammock,” kata Dini. Aktivitas outdoor juga bisa memenuhi kebutuhan gerak yang dimiliki Kal. Dini menambahkan, “Kal termasuk anak yang aktif dan punya kebutuhan untuk banyak bergerak di ruang terbuka. Jadi, saat tahu kalau dia suka banget dengan aktivitas outdoor, kami jadi sering ajak dia ke tempat-tempat outdoor dan alam.”
Terbaru, mereka baru road trip dari Bandung ke Pangandaran, lalu mampir ke Batu Karas. Mereka juga mengangkut sepeda di mobil dari Bandung. “Liburan tambah seru! Ke mana-mana jadinya naik sepeda, eksplor tempat-tempat di Pangandaran dan Batu Karas,” ungkap Dini.
Dini mengakui bahwa mulanya persiapan liburan outdoor jauh lebih repot dibanding saat ia jalan-jalan sendiri. Namun, kini persiapannya lebih sederhana karena sudah lebih tahu apa saja yang akan dipakai dan tidak di jalan.
Banyak hal yang dipertimbangkan untuk liburan outdoor bersama anak. Pertama, dimulai dari pemilihan lokasi. Di masa pandemi seperti sekarang, penting untuk melakukan survei lokasi yang akan didatangi, tempat tinggalnya seperti apa, kids-friendly atau tidak, mematuhi protokol Covid-19 atau tidak. Kedua, setelah menemukan tempatnya, siapkan apa saja yang akan dibawa pada H-1. “Biasanya yang selalu dibawa itu adalah buku dan mainan-mainan favorit Kal. Camilan juga penting sekali, apalagi kalau perjalanan panjang untuk bisa menjaga dia anteng di car seat. Selain itu, perlengkapan baju, dan gendongan bayi Zakkel! Kalau sampai Zakkel ketinggalan, ini biasanya PR banget nantinya, hehe,” Dini menerangkan.
Melakukan aktivitas outdoor bersama anak, terutama saat menghadapi medan berbatu dan sempit, lebih mudah dilakukan jika menggunakan gendongan bayi. Dini berkata, “Kami kurang suka bawa stroller. Apalagi kami ‘kan lebih sering aktivitasnya outdoor. Kalau pakai stroller agak ribet karena ada trek yang tidak bisa dilalui stroller.”
Akhirnya Dini memutuskan untuk membeli gendongan bayi. Setelah survei beberapa produk, Dini memilih gendongan bayi Zakkel. “Jujur, awalnya tertarik banget sama desainnya, haha! Namun banyak denger juga dari teman yang pakai Zakkel kalau bahannya berkualitas banget dan enak dipakai,” cerita Dini.
Saat pertama kali trekking menggunakan Zakkel, Dini mengakui langsung merasakan manfaat Zakkel. Ia berkata, “Enggak kebayang capeknya kalau kami harus gendong Kal sepanjang trekking, karena dia belum kuat untuk jalan full di jalur trekking-nya. Dengan adanya Zakkel, kami bisa gendong anak kami di depan maupun belakang dengan sambil beraktivitas outdoor. Jadi, enggak ada alasan untuk enggak bisa beraktivitas outdoor lagi semenjak ada anak.” Ia juga menambahkan Zakkel menjadikan beraktivitas dengan anak menjadi sangat lebih mudah dan mungkin, sehingga membuat mereka bertiga selalu punya quality time bersama dengan aktivitas outdoor.
Tak hanya digunakan untuk aktivitas outdoor, Dini sering menggunakan Zakkel di rumah, seperti mengerjakan pekerjaan rumah atau saat Kal susah tidur.
Saat orang tua mengajak anak beraktivitas outdoor, pastinya ada tantangan tersendiri. Bagi Dini, tantangannya adalah membuat Kal terus merasa nyaman dan menikmati perjalanan. Perempuan berusia 31 tahun ini berkata, “Dulu sebelum road trip panjang ke Bukittinggi dan Sumatra, kami training anak kami dulu untuk duduk di car seat. Ini bukan hal mudah. Namun, setelah sekitar 2-3 bulan dilatih dan diberi pengertian, akhirnya dia mengerti kalau di mobil ya tempat duduknya di car seat. Alhamdulillah selama di perjalanan dia cukup kooperatif asalkan diberi fasilitas dan kebutuhannya terpenuhi seperti makan, BAB, atau tidur.” Kini, Kal semakin bisa menikmati perjalanan. Kedua orang tuanya pun sering mengajak ngobrol selama di perjalanan.
Tantangan berikutnya adalah ketika Kal lelah saat sedang liburan dan cranky seharian. Hal yang dilakukan oleh orang tuanya adalah observasi dan bertanya kebutuhan apa yang belum terpenuhi, apa yang Kal ingin lakukan, dan mencoba memberikan ruang gerak yang banyak karena bisa jadi disebabkan terlalu lama duduk di mobil atau di perjalanan.
Semenjak memiliki anak, Dini mengakui bahwa liburannya jadi lebih menarik. Mereka jadi banyak mengeksplorasi hal-hal yang mungkin tidak akan dilakukan jika liburan tanpa anak. Mereka juga jadi lebih mengapresiasi alam atau tempat yang didatangi, karena melihat betapa senang atau takjubnya Kal saat berada di tempat tersebut.
Hal penting lainnya adalah Kal bisa mengajak orang tuanya untuk “being in the present moment”, fokus main di tempat tersebut tanpa memikirkan hal-hal lain. Dini dan suaminya mengaku jadi ikut menikmati momen tersebut dan seru-seruan bersama Kal.
Dini juga percaya bahwa alam adalah guru yang terbaik bagi Kal untuk mengenal dan mencintai alam semenjak kecil. Ia juga berharap hal ini bisa terbawa hingga Kal besar untuk terus mencintai dan merawat alam seisinya.
Aktivitas outdoor memiliki banyak manfaat untuk anak dan orang tua. Dini mengajak untuk Zakkel Parents lainnya untuk melakukan aktivitas luar ruangan ini. Ia menyarankan, “Mungkin bisa dimulai dari small steps. Enggak perlu yang aktivitas outdoor berat, bahkan jalan kaki keliling komplek atau taman saja sudah aktivitas outdoor lho!”
Dini memaparkan bahwa anak itu pasti secara alamiah akan senang berada di alam/outdoor, salah satunya karena anak memiliki kebutuhan gerak. “Inilah tugas kita bisa membuat alam menjadi tempat yang aman, nyaman, dan menarik untuk anak mengeksplorasi sekitarnya,” tutup perempuan yang memiliki hobi traveling, biking, hiking, coffee brewing ini.]]>
Akhir tahun menjelang, salah satu yang banyak dilakukan mama papa sekeluarga adalah liburan. Kali ini salah satu Zakkel Family mama, Fini Yuafini’mah berbagi keseruan membawa bayinya berlibur ke negara yang ikonik dengan Taj Mahal. Yes, India!
Sudah travelling kemana saja nih, ma?
Kalau LN (Luar Negeri) baru Singapura sama India. Kalau di Indonesia paling Semarang, Jogja, dan Jakarta.
Usia si kecil saat diajak travelling ke Delhi?
Usia 23 bulan.
Biasanya persiapan wajib apa saja yang dilakukan sebelum travelling ke LN?
Lebih ke mental saya dan anak ya. Anak disounding sebelum-sebelumnya bahwa akan pergi jauh dan afirmasikan bakalan happy disana. Terus cari info tempat yang bakalan dikunjungi, supaya nggak bingung dan lebih mudah ngapa-ngapain.
Ngalamin anak cranky atau rewel selama travelling?
Alhamdulillah sih nggak pernah, paling kalau kelamaan di jalan dia agak bosen, tapi aku udah siapin makanan atau mainan yang kemungkinan bakalan buat dia fokus atau anteng.
Gimana menyiasatinya (saat rewel) supaya tetap enjoy?
Pertama kitanya kudu tenang, cari tau kenapa rewel. Kalau udah bisa ngomong ya ditanya, khawatir dia panas, kelaparan, pup, atau ngantuk. Terus pindah ke tempat yang lebih sepi sejenak sampai dia tenang, bisa juga dialihkan perhatiannya khawatir dia bosen. Kalau saya karena sambil digendong jarang banget rewel, malah dia lebih enjoy.
Merasa lebih nyaman menggendong kah saat travelling dengan si kecil?
Aku sih mak gendong banget! Ringkes, aman, nyaman, anak tenang. Sedikit cerita, pas ke Singapura pake SSC fake (sebelum gabung komunitas menggendong karena nggak tau). Seminggu disana aku pegel badan berasa abis sparing babak final deh. Tapi, pake Zakkel kemarin (pas ke Delhi), Alhamdulillah no pegal-pegal, enak, empuk, ampeg (kalau Sunda mah).
Ada pesan singkat untuk Zakkel Family mama yang pengen ngajak si kecil travelling ke LN?
Beberapa teman pernah tanya, karena mereka khawatir khususnya selama perjalanan, terlebih kalau jauh. Nggak usah takut, ajak komunikasi anak beberapa hari sebelumnya bahwa kita mau pergi, kemana aja, naik apa, berapa lama, ceritain hal-hal seru, supaya anak kebayang mengasyikkan dan nggak bikin boring. (Meskipun anaknya masih bayi, tetep diberi afirmasi positif).
Wow! Jalan-jalan ke luar negeri ternyata tidak seribet yang dibayangkan. Meskipun banyak pro kontra soal mengajak si kecil bepergian jauh, tapi dengan persiapan yang matang, sounding tentang hal-hal positif, mengenalkan si kecil iklim dan suasana di luar negeri bisa menjadi hal mengasyikkan.
So, akan liburan akhir tahun kemana, ma, pa?
---------------
Jangan lupa bahagia dan selamat berlibur!
]]>
Seperti yang dilakukan salah satu Zakkel Family mama, Novi Rina. Mama Novi menggendong si kecil saat naik gunung. Enggak tanggung-tanggung, mama Novi mempraktekkan langsung nyamannya front carry maupun back carry dengan Zakkel Baby Carriers. Simak keseruannya berikut ini.
]]>Kalau ngomongin wisata alam, Indonesia juaranya. Betul enggak, ma? Mau wisata darat maupun air, Indonesia punya semuanya. Makanya, sebagai mama, ide untuk mengajak si kecil mengeksplor alam Indonesia sangatlah banyak. Ke pantai, ayo, ke gunung pun bisa.
Tapi, sering kepikiran enggak sih, Ma, buat apa kita ngajak anak bayi ke tempat-tempat outdoor? Kan panas, belum lagi debu, dan ribet deh kalau hujan. Meskipun banyak rintangannya, tapi menjelajah alam punya segudang manfaat untuk buah hati kita. Diantaranya adalah mengenalkan lingkungan serta berbagai macam ciptaan Tuhan, yaitu hewan, tumbuhan, matahari, dan sebagainya.
Menjelajah alam juga bisa merangsang alat indra si kecil. Misalnya saat merasakan udara yang sejuk, mencicipi buah saat memetik langsung, atau saat berinteraksi dengan berbagai macam hewan. Perjalanan wisata alam juga secara psikologis bisa membuat mama lebih dekat dengan si kecil.
Seperti yang dilakukan salah satu Zakkel Family mama, Novi Rina. Mama Novi menggendong si kecil saat naik gunung. Enggak tanggung-tanggung, mama Novi mempraktekkan langsung nyamannya front carry maupun back carry dengan Zakkel Baby Carriers. Simak keseruannya berikut ini.
Hai, mama! Bisa diceritakan sedikit awal mula mengajak si kecil naik gunung?
Jadi awalnya aku sama suami sama-sama tukang jalan dan hiking. Nah, kita absen jalan-jalan dan hiking hampir 2 tahun dan endingnya kita buat bucket list ke Gunung Bromo atau Gunung Papandayan kalau anak kita udah 1 tahun. Akhirnya tercapai juga ke Bromo dan sekitarnya. Sempet ngerasa ngeri dan takut buat ajak Rinjanni (18 bulan) naik, secara perjalanannya tengah malem, apalagi Rinjanni istirahatnya kurang karena kita naik kereta ekonomi yg kurleb 17 jam dan jam 12 malam sudah start jalan ke Bromo.
Tapi, dengan bismillah dan saya sudah menyiapkan safety buat Rinjanni, saya positive thinking anak saya akan hangat jika digendong model kanguru, dan suhu tubuh saya saat berjalan akan hangat, akhirnya memutuskan tetep hiking.
Naik gunung sambil membawa bayi, apa tidak merasa repot?
Ya kemarin sempet mikir ribet, tapi alhamdulillah gak (repot atau ribet).
Reaksi si kecil saat naik gunung dan melihat objek wisata disana bagaimana, ma?
Di perjalanan naik, Rinjanni tetap tertidur pulas dan sempet bangun, tapi langsung saya susuin, kebeneran masih ASI.
Selama naik gunung ngalamin momen si kecil rewel?
Gak. Alhamdulillah gak rewel di jalan pulesss less tidur karena hangat kali, ya, digendong. Soalnya saya pake jaket yang besar dan si kecil di dalemnya, jadi orang-orang gak liat aku bawa anak, pas buka jaket baru keliatan.
Wah, menggendong sangat membantu ya, ma?
Membantu banget. Gak pegel di pundak cuman terengap-engap ajah udah lama gak hiking. Pas turunnya, anak saya back carry.
Next destination akan seru-seruan kemana lagi nih setelah naik gunung?
Rencana kita mau ke Gunung Gede atau Pulau Seribu akhir tahun ini.
Seru sekali ya, ma, berpetualang menikmati keindahan alam dengan membawa serta si kecil. Akan tetapi, perlu diperhatikan saat akan membawa si kecil berkegiatan (misalnya hiking) harus memiliki pertimbangan yang matang dan persiapan yang detail.
Selamat berpetualang!
]]>Anak yang berlarian kesana kemari di dalam rumah maupun saat kita ajak jalan-jalan, menjadi hal yang menguras tenaga dan emosi kita. Tapi, tahukah moms, dads, kondisi emosional seseorang berpengaruh pada kondisi kesehatannya.
Penting banget buat moms dan dads untuk menjaga "kewarasan" dan berbahagia agar selalu fit menemani tumbuh kembang si kecil. Seperti salah satu Zakkel Family Mama berikut ini yang berbahagia menjalani perannya sebagai ibu sekaligus melakukan hobinya yaitu tenis!
Believe it or not, seseorang yang bahagia akan lebih memperhatikan well being dirinya dan memilih perilaku hidup yang sehat. Salah satunya rajin berolahraga. Wanida Rosa, salah satu member Pati Babywearers yang juga working mom menjadi juara turnamen tenis Pati Bupati Cup. Tidak hanya mengangkat satu tropi, mom Wanida menjadi juara I ganda putri dan juara III ganda campuran.
Hebatnya, mom Wanida menjalani hobinya bermain tenis tanpa meninggalkan si kecil. Mom Wanida mengangkat tropi juara sambil menggendong nyaman bayinya.
Hai, mom! Senang olahraga ya? Sejak kapan terjun di dunia olahraga tenis?
Iya saya suka olahraga, jogging, voli, renang, tenis, namun yang saya tekuni dari kecil hanya tenis. Sejak SD, rutin ikut porseni dan pertandingan nasional terbuka.
Bagaimana kesannya membawa bayi ke arena turnamen?
Saya senang sekali bisa gendong baby sambil melakukan hobi dan saya bangga meskipun sudah menjadi ibu saya masih bisa juara, saya bisa menjalankan peran saya sebagai ibu yang kodratnya menggendong anak dan saya juga membuktikan saya masih bisa menjadi juara meskipun vakum 3 tahun tidak tenis karena hamil anak ke-2 dan ke-3.
Bagaimana kisah menggendong di acara tersebut?
Setelah saya selesai (bertanding) final, saya menunggu penyerahan piala sambil gendong baby. Suami shift kerja masuk siang jadi tidak bisa membantu momong lagi. Alhamdulillah, baby bisa bobok di gendongan (Zakkel Baby Carriers). Saya jadi tenang, anak dalam dekapan, masih dalam pantauan saya. Saya lelah karena (pertandingan) final tenis menguras tenaga, tapi lelahku bahagiaku. Saya bisa menunjukkan bahwa saya bukan ibu yang menelantarkan anak demi kegiatan saya.
Bagaimana reaksi bayi saat digendong dan menyaksikan mama bertanding dan menjadi pemenang?
Bayi saat di lokasi saya biarkan bermain, jalan-jalan sesukanya kebetulan ada taman yang rindang. Setelah kelihatan capek, kemudian saya gendong langsung tertidur di gendongan. Nyaman sekali, meskipun upacara penerimaan piala itu riuh, ada tepuk tangan dan sound system, dia tetap nyenyak di gendongan.
Mom Wanida sedikit berbagi dalam akhir obrolan kami. Jagalah "kewarasan". Lakukan hal yang bisa membuat seorang ibu happy entah itu olahraga atau hobi lain. Tapi ingat, anak itu amanah, pastikan dia nyaman dan aman.
]]>Eits, moms and dads, jangan lupakan hak tubuh kita untuk berolahraga, ya. Enggak perlu bingung soal membagi waktu antara berolahraga dan membersamai si kecil loh, karena keduanya bisa dilakukan bersamaan. Menurut Adianti Reksoprojo, pelatih Fit Mum n Bub, berolahraga bersama si kecil punya segudang manfaat. Salah satunya adalah menurunkan kemungkinan seorang ibu mengalami baby
blues.
Supaya moms and dads makin semangat, ada cerita seru dari salah satu Zakkel family mama* yang berolahraga marathon bersama kedua bayinya yang berusia 4 bulan dan 22 bulan! Simak hasil obrolan kami.
Wah moms and dads, seru sekali ya, menikmati olahraga bersama bayi. Enggak cuma bermanfaat untuk orang tua, mengajak olahraga si kecil juga sebagai salah satu langkah menanamkan kebiasaan baik sejak dini.
Semoga membuat moms and dads bersemangat untuk mencobanya!
Safe babywearing note: Moms and dads, pastikan gendongan yang digunakan saat berolahraga aman, tidak ada kerusakan, dan dikenakan sesuai petunjuk manual.
Saat melakukan olahraga selalu perhatikan kondisi bayi. Pastikan wajahnya terlihat oleh kita, jalan napasnya tidak terhalang, dan posisinya tepat dan sesuai di dalam gendongan. Lebih aman bila saat kita maraton tidak berlari terlalu kencang atau kecepatan setara dengan saat berjalan kaki.
Agar lebih detail, bila ingin berolahraga atau melakukan aktivitas lain sambil menggendong, bisa berkonsultasi dengan Babywearing Consultant (BWC). Bisa menghubungi BWC yang satu kota dengan mama atau menghubungi via media sosial.
*Zakkel Family Mama: Ika Kusmayadi,
Member Bandung Babywearers
Original story: https://www.instagram.com/p/BlXW5Cnlnpp
Product related: Aurora on Navy by Zakkel Babycarriers
Original story: https://www.instagram.com/p/BjhmpL3lLp9
Product related: Camper Van on Brown
]]>